Sunday 14 January 2018

Mengenal Kopi Arabika


Kopi HItam
Secangkir Kopi Hitam
Bagi Para Pecinta Kopi, tentunya akan merasa ada yang kurang jika belum mengkonsumsi kopi untuk mengawali hari, saat istirahat sore hari ataupun ketika sedang berkumpul bersama relasi. Salah satu jenis kopi yang terkenal nikmat dan menguasai sebagian besar komoditas kopi di dunia, adalah Kopi Arabika. Berikut sedikit ulasan mengenai kopi arabika tersebut.

Kopi HItam
Kopi Arabika
Kopi Arabika (Coffea arabica) diperkirakan pertama kali diklasifikasikan oleh seorang ilmuan Swedia bernama Carl Linnaeus (Carl von Linné) seorang ahli botani asal Swedia pada tahun 1753, dan menggolongkannya ke dalam keluarga Rubiaceae genus Coffea. Kopi arabika memiliki banyak kultivar, galur dan klon. Kebanyakan jenis yang ada saat ini bersumber dari kultivar Typica dan Bourbon yang dibawa dari Yaman. Kultivar Typica memiliki buah lebih besar, namun produktivitasnya lebih rendah. Sedangkan kultivar Bourbon memiliki daun yang lebih lebar, buah lebih membulat dan batang yang tegak.

Deskripsi Tanaman Kopi Arabika

Batang.
Memiliki akar yang dangkal, sekitar 30 cm dari permukaan tanah. Dalam keadaan yang terawat pohon ini tumbuh seperti perdu dengan tinggi sekitar 2-3 meter. Tetapi jika tidak dipangkas secara rutin, bisa tumbuh hingga 5 meter. Terdapat dua tipe cabang pada tanaman kopi arabika, yakni cabang yang tumbuh vertikal dan horisontal.

Daun. 
Tanaman kopi arabika memiliki daun yang kecil dengan panjang 12-15 cm dan lebar sekitar 6 cm. Daun berwarna hijau mengkilap. Pada ketiak daun tumbuh mata tunas dan bisa menjadi bunga atau menjadi cabang tergantung kondisi.
Kopi HItam
Kopi Arabika
Bunga. 
Bunga tumbuh dari mata tunas yang terletak di ketiak daun dan menyerbuk sendiri yang biasanya terjadi di pagi hari dengan bantuan angin atau serangga. Hujan yang turun pada saat penyerbukan bisa menggagalkan proses penyerbukan. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan hingga menjadi buah siap panen sekitar 6-9 bulan.

Buah. 
Buah kopi arabika lebih besar dibanding kopi robusta. Buah tersebut akan rontok dari tangkainya saat matang. Jadi perlu pemanenan yang hati-hati sebelum buah rontok.

Jenis Kopi yang memiliki kandungan kafeina sebasar 0.8-1.4% ini awalnya berasal Etiopia yang kemudian dibawa oleh para pedagang Arab ke Yaman. Bangsa Arab pertama kali mempopulerkan ekstrak biji kopi arabika yang diseduh dengan air panas untuk diminum sebagai minuman penyegar. Literatur paling tua tentang biji kopi berasal dari catatan Al Razi, seorang ahli kedokteran yang hidup di abad ke-9, yang menulis bahwa kopi dapat meningkatkan waktu kerja mereka. Orang-orang Eropa mulai mengenal kopi dari para pedagang Arab pada abad ke-16. Komoditas tersebut diperdagangkan di pelabuhan Mocha, Yaman. Untuk sekian abad lamanya pedagang Arab memonopoli perdagangan biji kopi. Hingga pada tahun 1616 seorang Belanda berhasil membawa tanaman kopi arabika ke luar dari pelabuhan Mocha. Pada abad ke-15 popularitas minuman kopi mulai menyebar ke Eropa. Awalnya orang-orang Eropa membeli kopi dari para pedagang Arab. Kemudian mulai mengembangbiakkan tanaman tersebut di Asia dan Amerika. Sejak itu kopi menjadi komoditas yang sangat populer di seluruh dunia. Bahkan sempat menjadi komoditas kedua terbesar yang diperdagangkan secara global setelah minyak bumi.
Arabika atau Coffea arabica merupakan Spesies kopi pertama yang ditemukan dan dibudidayakan manusia hingga sekarang. Habitat tanaman kopi arabika terletak di antara 20° Lintang Selatan dan 20° Lintang Utara bumi. Di daerah subtropis, tanaman ini bisa ditanam di dataran rendah. Pertumbuhan tanaman ini sangat dipengaruhi oleh suhu udara. Bila suhu terlalu panas akan membuat pertumbuhan tanaman terlalu cepat dan bunga keluar terlalu awal serta rentan terhadap serangan hama karat daun. Sedangkan bila suhu terlalu rendah akan mengakibatkan pertumbuhannya lambat, akan banyak cabang-cabang sekunder dan tersier yang menganggu pertumbuhan buah.

Kopi HItam
Kopi Arabika
Di Indonesia, tanaman kopi arabika hanya bisa tumbuh dengan baik di ketinggian 700-2.000 meter dari permukaan laut. Tanaman tersebut sebenarnya masih bisa tumbuh di dataran lebih rendah, tetapi pertumbuhannya tidak optimal dan mudah terserang penyakit karat daun. Secara umum kopi arabika membutuhkan curah hujan 1.500-2.500 mm per tahun. Dengan bulan kering tidak lebih dari 3 bulan dalam setahun. Suhu udara yang ideal untuk tanaman ini ada pada kisaran 15-25°C.10. Jenis kopi arabika sangat rentan terhadap serangan penyakit karat daun Hemileia vastatrix (HV), terutama bila ditanam di daerah dengan ketinggian kurang dari 700 m, sehingga kopi arabika lebih membutuhkan perhatian dari segi perawatan dan pembudayaan dibanding kopi Robusta atau jenis kopi lainnya. Kopi arabika saat ini menguasai sebagian besar pasar kopi dunia dan harganya jauh lebih tinggi daripada jenis kopi lainnya. Di Indonesia kita dapat menemukan sebagian besar perkebunan kopi arabika di daerah pegunungan toraja, Sumatera Utara, Aceh dan di beberapa daerah di pulau Jawa. Beberapa varietas kopi arabika memang sedang banyak dikembangkan di Indonesia antara lain kopi arabica jenis Abesinia, arabika jenis Pasumah, Marago, Typica dan kopi arabika Congensis.
Di Pulau Jawa, kopi arabika ditanam setiap saat sepanjang tahun serta dipanen sepanjang tahun. Di beberapa tempat di Brasil, tanaman kopi tersebut memiliki musim dan hanya dipanen di musim dingin. Tanaman ini rentan terhadap kerusakan pada kondisi pertumbuhan yang buruk (dingin, pH tanah rendah) dan juga lebih rentan terhadap hama daripada tanaman C. robusta.
Produksi kopi Arabika di Indonesia dimulai pada tahun 1699. Kopi Indonesia, seperti Sumatera dan Jawa, dikenal dengan batang yang berat dan kadar keasaman rendah. Hal ini membuat kopi dari Jawa dan Sumatra tersebut ideal untuk pencampuran dengan kopi keasaman yang lebih tinggi dari Amerika Tengah dan Afrika Timur.
Kopi HItam
Kopi Arabika
Terdapat dua macam kopi arabika yang dibawa orang-orang Eropa dari Yaman. Pertama, kultivar yang dibawa ke Jawa kemudian menyebar ke Asia Selatan dan Amerika Tengah yang dikenal sebagai Typica. Kedua, kultivar yang di bawa ke Brasil lewat La Reunion dan dikenal sebagai Bourbon. Kedua kultivar tersebut dipercaya menjadi sumber tanaman kopi arabika yang ada saat ini.
Di akhir abad ke-17 bangsa-bangsa Eropa mulai memproduksi sendiri tanaman kopi di daerah jajahan mereka yang tersebar di Asia dan Amerika dan mulai menguasai perdagangan biji kopi dunia sekaligus mengakhiri dominasi para pedagang Arab. Hampir semua kopi yang diperdagangkan saat itu berjenis arabika. Belanda menjadi pemasok kopi terbesar dunia dengan basis produksi di Indonesia.
Pada tahun 1878 hampir seluruh perkebunan kopi di Indonesia mengalami kerusakan karena wabah penyakit karat daun atau Hemileia vastatrix. Kemudian Belanda mengganti tanaman yang rusak dengan jenis liberika. Berselang 12 tahun tanaman kopi liberika mengalami serangan penyakit yang sama. Setelah melakukan riset, pada tahun 1907 Belanda kembali mengganti liberika dengan robusta, dan sejak saat itu perkebunan kopi di Indonesia didominasi oleh tanaman kopi robusta. Secara nasional produksi kopi arabika di Indonesia hanya 17% sedangkan robusta hampir 83%. Sisanya dengan angka yang tidak signifikan terdapat jenis liberika dan excelsa.
Saat ini kopi arabika banyak dihasilkan oleh negara-negara di Amerika Selatan, Amerika Tengah dan Afrika. Brasil merupakan negara penghasil kopi arabika terbesar di dunia, diikuti Kolombia dan Etiopia.

Sumber :
- en.wikipedia.org/wiki/Coffea_arabica
- Coffea arabica (Arabica coffee). KEW Royal Botanic Gardens
- Berbagai sumber lainnya

No comments:

Post a Comment