Sejarah Kopi Luwak Indonesia

Kopi Luwak

 Kopi Luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji buah kopi yang dimakan luwak atau musang kelapa dan kemudian dikeluarkan bersama dengan feses atau kotoran ketika musang kelapa buang air.  Jenis Kopi ini sudah tidak asing lagi bagi para Pecinta kopi di INdonesia, bahkan telah menjangkau pasar kopi dunia dengan harga yang sangat mahal. Kopi Luwak secara harfiah berarti
jenis kopi yang ada berkat kotoran hewan hutan ini.

Kopi Luwak

Musang kelapa Asia atau luwak adalah binatang mamalia kecil, berbulu, ekor panjang dan pemanjat pohon yang hidup di Asia Tenggara dan Selatan. Mereka cenderung nokturnal dan memakan buah dan biji-bijian.
Buah kopi adalah salah satu makanan favoritnya, mereka akan memilih buah yang betul-betul matang dan yang terbaik, paling enak dan paling matang untuk dimakan. Karena luwak tidak dapat mencerna biji, maka ketika mereka membuang kotoran, biji kopi ikut keluar dan hampir sepenuhnya utuh. Biji kopi yang keluar bersama dengan kotoran luwak tersebut akan dipisahkan dari kotoran, dicuci bersih dan dikeringkan dan siap untuk diolah sebagai kopi termahal di dunia. 

Kisah penemuan Kopi Luwak tak lepas dari sejarah panjang kolonialisme Belanda di Indonesia. Saat itu Belanda menjadi importir kopi skala besar pertama ketika mereka menemukan benih kopi di Yaman pada abad ke-16. Belanda mulai menyelundupkan keluar dari Yaman pada awal abad ke-17 kemudian menanam biji kopi di pulau Sumatera dan Jawa yang merupakan daerah jajahannya dan mempekerjakan banyak warga lokal di perkebunan mereka dengan bayaran yang amat rendah dengan larangan untuk tidak memetik kopi buat dikonsumsi oleh para pekerja perkebunan tersebut.

Kopi Luwak

Para pekerja perkebunan tersebut tahu bahwa ada spesies musang yang suka memakan buah kopi, biji kopi yang masih dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Hal ini karena luwak memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga makanan yang keras seperti biji kopi tidak tercerna dan akan keluar bersama dengan kotorannya, sehingga para pekerja perkebunan tersebut supaya bisa menikmati kopi sebagai minumannya, mereka mengumpulkan kotoran musang yang ada biji kopinya, memisahkan biji kopi dari kotoran, membersihkannya, kemudian diolah untuk dijadikan minuman. Ternyata biji kopi yang keluar bersama kotoran musang tersebut memiliki aroma dan rasa yang sangat khas. Kabar mengenai kenikmatan kopi luwak ini akhirnya sampai ke telinga orang Belanda pemilik perkebunan tersebut, dan akhirnya kopi ini juga menjadi kegemaran orang kaya Belanda serta segera menjadi favorit bukan hanya di kalangan pekerja, tapi juga pemilik perkebunan.

Para ahli kopi memperkirakan bahwa faktor yang menyebabkan biji kopi tersebut menghasilkan kopi yang khas dan enak adalah karena dua faktor:
1. Luwak hanya memilih buah kopi yang terbaik untuk dimakan, sehingga biji kopi yang mereka keluarkan umumnya dari kualitas tertinggi.
2. Ketika biji kopi masih berada di saluran pencernaan luwak, mereka menyerap beberapa asam dan enzim dalam saluran pencernaannya dan fermentasi secara alami terjadi sehingga menciptakan rasa kopi yang khas: lembut, seperti cokelat dan tanpa rasa pahit.

Harga biji kopi luwak ini sangat mahal. Dean & Deluca, sebuah jaringan toko kelontong kelas atas, saat ini menjual Kopi Luwak yang dikumpulkan dari musang liar di Thailand dengan harga 70 dolar US untuk sekantong biji kopi seberat 50 gram. Di Funnel Mill, salah satu kedai kopi tempat nongkrong para selebritis di Santa Monica, California, hanya menyediakan menu kopi luwak jika sebelumnya Anda sudah memesan. Harganya 80 dolar, tanpa krim maupun gula.

Kopi Luwak

Hal ini  akan membuat banyak orang untuk mencoba menemukan cara untuk memproduksinya dengan murah dan mudah, salah satunya dengan membuat peternakan luwak. Sehingga membuat peternakan luwak menjamur di seluruh Asia Tenggara saat ini. Luwak tersebut ditangkap dan ditaruh di kandang-kandang dan dipaksa makan buah kopi. Peternakan seperti ini menyebabkan tingginya tingkat kematian pada luwak akibat stres karena terkurung dan keseimbangan gizi yang kurang.

Dalam cita rasa kopi luwak, tentunya ada perbedaan pada biji kopi yang berasal dari luwak liar dengan luwak peternakan, karena  luwak di dalam kandang tentu saja tidak bisa memilih biji kopi terbaik untuk dimakan, kemudian faktor luwak yang stres dan sakit tentunya tidak bisa menghasilkan enzim dan mikroba sehat di perut mereka dengan level yang sama ketika mereka sehat yang mengakibatkan berkurangnya kualitas kopi luwak.

Beberapa Daerah Penghasil Utama yaitu :
-Gayo, Aceh
-Sidikalang
-Desa Janji Maria, Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Padang Lawas, 40 kilometer dari Laguboti.
-Kota Pagaralam
-Semende, Kabupaten Muara Enim
-Liwa, Kabupaten Lampung Barat
-Kotabumi, Lampung
-Jawa Barat
-Jawa Timur

Kasus
Suatu investigasi di Takengon, Aceh oleh PETA yang bekerja sama dengan BBC mengungkapkan tentang sebuah penangkaran yang berisi luwak yang ditangkap dari alam, dimasukkan ke dalam kandang kecil, dan hanya diberi makan biji kopi setiap harinya hanya untuk diambil kotorannya yang kemudian diolah menjadi kopi luwak. Tak hanya itu, luwak-luwak itu juga menjadi berperilaku tidak normal seperti terus bergerak mondar-mandir, berputar-putar, dan menggigit kerangkeng.
Gerakan untuk memboikot kopi luwak pun bermunculan. Bantahan mengenai hal tersebutpun bermunculan terutama dari kalangan produsen kopi luwak.

Sumber :
- id.wikipedia.org/wiki/Kopi_luwak
- Today I Found Out