Tuesday 16 January 2018

Kopi Liberika - Coffea liberica - Liberian coffee

Pecinta kopi
Kopi Liberika / Coffea liberica
 Selama ini dikalangan sebagian pecinta kopi yang paling banyak dikenal dan diketahui adalah Kopi Arabika (arabica) dan Kopi Robusta, padahal ada kopi jenis lain selain kedua kopi tersebut, yaitu Kopi liberika yang bernama ilmiah Coffea liberica yang berasal dari tanaman kopi liar di daerah Liberia, walaupun sebenarnya juga ditemukan tumbuh secara liar di daerah Afrika lainnya. Konon rasa kopi ini mempunyai aroma seperti nangka, hingga di banyak daerah kopi liberika kerap dimaksud kopi nangka. Kopi ini tergolong langka, karena
jarang di tanam di berbagai dunia dan hanya memasok sekitar 1% dari perdagangan kopi dunia. Biji kopi liberika yang kering mengandung kafein sekitar 0,5 - 1,8%. Komposisi rata-rata per 100 g adalah: air 11 g, protein 14 g, sukrosa dan gula pereduksi 8 g, selulosa dan polisakarida 42 g, lipid 12 g, asam chlorogenic 7 g, abu 4 g, dan kafein 1,6 g. Bobot 1000 biji dengan perkamen sekitar 575 g. 

Meskipun kopi liberica hanya menyumbang sekitar 1% terhadap produksi kopi dunia, namun di Malaysia kopi ini menduduki tempat yang penting, dengan perkiraan 12.000 ha pada tahun 1989, 80% dari total luas kopi. Pusat budidaya di Malaysia adalah Selangor, Johor, Malaka, Perak dan Sabah bagian timur. Di Filipina sekitar 22.000 ha atau 25% dari total luas kopi adalah kopi liberica, terutama di Luzon. Saat ini Provinsi Batangas  di Filipina dan Cavite merupakan produsen kopi liberika. Sedangkan Indonesia menghasilkan sekitar 4000 ton kopi liberica setiap tahunnya.

Di Indonesia kopi liberika bisa ditemukan di daerah Jambi dan Bengkulu. Sebagian besar hasil produksi liberika dari tempat tersebut di ekspor ke Malaysia. Awal kedatangan kopi liberika di Indonesia adalah ketika kopi liberika dibawa oleh bangsa Belanda ke Indonesia pada abad ke-19 untuk menggantikan tanaman kopi arabika yang terserang wabah penyakit karat daun. Liberika diketahui lebih tahan terhadap penyakit HV dibanding arabika. Namun sekitar tahun 1907 tanaman liberika mengalami hal yang sama dengan arabika. Hampir semua perkebunan kopi liberika yang terletak di dataran rendah rusak terserang HV. Selanjutnya pemerintah Belanda mengganti liberika dengan jenis robusta.
Saat ini kopi liberika ditanam secara terbatas di negara-negara Afrika dan Asia. SecaraBeberapa varietas kopi Liberika yang pernah didatangkan ke Indonesia antara lain adalah Ardoniana dan Durvei.

Cita Rasa :
Pecinta kopi
Kopi Liberika / Coffea liberica
Kopi Liberika memiliki rasa yang lebih pahit dibandingkan dengan kopi arabika atau kopi robusta, walaupun rasa ini cukup disukai oleh sebagian masyarakat di Semenanjung Malaysia dan Sabah bagian selatan serta di Afrika, kopi liberika umumnya diminum dengan menambahkan gula dan susu untuk menutupi rasanya, kadang juga dicampur dengan kopi lain atau digunakan sebagai campuran minuman lainnya. Rasa kopi excelsa, yang berasal dari varietas botani kopi robusta memiliki rasa kurang pahit dibanding kopi liberica sejati.





Beberapa Nama Kopi Liberika di Berbagai Daerah :
Dalam bahasa Inggris : Liberica coffee, Liberian coffee, excelsa coffee 
Dalam bahasa Perancis : Caféier liberica
Indonesia : kopi nangka
Philippina : kapeng barako
Thailand : kafae-baiyai
Vietnam: cà phê dâu da, cà phê mít.
Pecinta kopi
Kopi Liberika / Coffea liberica
Kopi liberika ini memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
-Ukuran daun, cabang, bunga, buah dan pohon lebih besar dibandingkan kopi Arabika dan Robusta.
-Cabang primer dapat bertahan lebih lama dan dalam satu buku dapat keluar bunga atau buah lebih dari satu kali.
-Agak peka terhadap penyakit HV.
-Kualitas buah relatif rendah.
-Produksi sedang, (4,-5 ku/ha/th) dengan rendemen ± 12%
-Berbuah sepanjang tahun.
-Ukuran buah tidak merata/tidak seragam
-Tumbuh baik di dataran rendah.

Daya tahan kopi liberika terhadap penyakit HV lebih baik dibanding arabika namun tidak sekuat kopi robusta. Saat ini liberika ditanam secara terbatas, tidak sebanyak arabika atau robusta. Tanaman kopi ini kurang disukai petani karena rendemen hasil pengolahan buahnya rendah.

Kopi liberika merupakan tanaman endemik Afrika. Penyebarannya meliputi Liberia, Burkina Faso, Pantai Gading, Gabon, Gambia, Gana, Maurtania, Nigeria, Uganda, Kamerun hingga Anggola. Liberika banyak dibudidayakan di Indonesia, Malaysia, Filipina, Afrika Barat, Guyana dan Suriname. Selain itu secara terbatas dibudidayakan juga di Mauritius, India, Srilangka, Thailand, Taiwan, Vietnam dan Timor-timur.

Di Indonesia, kopi jenis ini bisa ditemukan di daerah Jambi dan Bengkulu. Di Jambi, produsen liberika terkonsentrasi di wilayah Tanjung Jabung. Pada akhir tahun 2013, Pemerintah Jambi mengumumkan bahwa produksi kopi Liberika sepanjang tahun 2013 berhasil mencapai angka produksi sebesar 270 ton, sehingga Provinsi jambi menempatkan posisinya sebagai daerah penghasil kopi Liberika terbesar di Indonesia.

Klasifikasi tanaman
Nama ilmiah untuk kopi liberika adalah Coffea liberica var. Liberica. Pada awalnya tanaman ini digolongkan ke dalam spesies yang sama dengan kopi robusta dengan nama ilmiah Coffea canephora var. liberica. Namun pengelompokkan terbaru menyatakannya sebagai spesies tersendiri dengan nama Coffea liberica. Karena secara morfologi dan sifat-sifat lainnya berbeda dengan robusta. Selain kopi liberika, terdapat varietas lain dalam spesies Coffea liberica yakni kopi excelsa dengan nama ilmiah Coffea liberica var. Dewevrei.

Deskripsi tanaman
Pecinta kopi
Kopi Liberika / Coffea liberica
Tanaman kopi liberika berukuran besar, dengan ketinggian bisa mencapai 5-20 meter. Buah kopi liberika berbentuk bulat hingga lonjong dengan panjang sekitar 18-30 mm dengan ukuran cukup besar. Dalam satu buah terdapat 2 biji kopi yang masing-masing memiliki panjang sekitar 7-15 mm. Diantara jenis kopi budidaya lainnya, liberika memiliki ukuran buah paling besar, dan yang unik, daun tanaman kopi ini mengandung kafein lebih banyak dari bijinya.

Namun meski buahnya besar, bobot buah keringnya hanya 10% dari bobot basahnya. Sifat seperti ini kurang disukai para petani karena penyusutan bobot saat panen hingga buah siap olah cukup tinggi. Sehingga ongkos panen menjadi relatif lebih mahal. Keadaan ini yang membuat petani enggan mengembangkan jenis kopi liberika.

Habitat Tumbuh
Kopi liberika tumbuh baik di daerah tropis dataran rendah dengan ketinggian 400-600 meter dari permukaan laut. Namun tetap bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian 1200 meter. Suhu ideal pertumbuhannya ada pada kisaran 27-30ºC dengan curah hujan 1500-2500 mm per tahun,  tetapi masih bisa mentolerir curah hujan 1.100-3500 mm per tahun. Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik pada lahan yang tersinari penuh ataupun di bawah naungan pohon lain. Kopi liberika juga memiliki toleransi tinggi pada tanah yang kurang subur. Jenis tanaman ini bisa tumbuh di atas tanah lempung hingga tanah berpasir serta tahan terhadap kekeringan maupun cuaca basah, dan bisa tumbuh baik di tanah aluvial dengan pH sekitar 4,0, tetapi Lebih menyukai pH pada kisaran 5,3 - 6,2, dan masih mentolerir pH pada kisaran 4,3 - 8.
Buah pertama dapat diproduksi antara 2 - 3 tahun setelah ditanam, dan setelah berumur antara 5 - 6 tahun tanaman tersebut akan berbuah penuh. Masa hidup ekonomi tanaman Kopi liberika sekitar 25-30 tahun.

Varietas Tanaman
Varietas kopi liberika tidak banyak, yang populer diantaranya Ardoniana dan Duvrei. Pada tahun 2014, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslit Koka) melepas spesies kopi liberika dengan nama varietas “Libtukom” kependekan dari Liberika Tunggal Komposit. Libtukom merupakan varietas liberika pertama yang dianjurkan di Indonesia. Varietas libtukom dikembangkan dari kopi liberika yang ada di daerah Tanjung Jabung Barat, Jambi. Varietas ini memiliki keunggulan tahan hama karat daun, bisa ditanam di dataran rendah dan bisa ditanam di lahan marginal seperti tanah gambut.
Liberika varietas libtukom memiliki kemiripan dengan excelsa. Namun terdapat beberapa ciri yang membedakannya, yakni libtukom memiliki daging buah yang tebal sedangkan excelsa lebih tipis mirip arabika. Selain itu pada pupus daunnya, libtukom berwarna hijau hingga hijau kecoklatan sedangkan excelsa merah kecoklatan.

Penanganan Setelah Masa Panen
Pecinta kopi
Kopi Liberika / Coffea liberica
Buah kopi bisa diolah baik dengan "proses kering" atau "proses basah". Umumnya kopi liberika diproses kering, meski  disarankan agar pengolahan basah untuk pulp buah yang relatif padat lebih tepat.

Proses basah: buah matang dilumatkan dalam waktu 12-24 jam setelah panen dan difermentasi untuk menngurangi kadar getah, dicuci, dijemur sinar matahari (7-10 hari) atau secara mekanis (6-20 jam) atau kombinasi keduanya, dan disimpan dalam keadaan kering (kadar air 11-12%).
Proses kering: buah-buahan, biasanya dari hasil pengupasan, dijemur selama 3-4 minggu di bawah sinar matahari atau secara mekanis (2-3 hari). Kopi olahan kering lebih sulit disimpan daripada kopi perkamen karena sifat higroskopinya yang kuat.
Kesulitan dalam menangani kopi Liberika saat proses mengolah menjadi bubuk kopi disebabkan karena ukuran buahnya yang besar dan kulit buah yang keras. Namun, peningkatan metode tanam di Jawa awal abad ini dengan melalui seleksi yang ketat memberi hasil buah lebih lembut yang lebih mudah diolah. Selain itu, kultivar excelsa juga memiliki buah yang lebih lembut daripada kultivar liberica.

Perdagangan Kopi Liberika
Kopi liberika tidak banyak diperdagangkan di pasar internasional. Saat ini perdagangan kopi dunia didominasi oleh jenis arabika sekitar 70% dan robusta 28%, sisanya jenis liberika dan excelsa. Di wilayah Asia Tenggara, liberika banyak disukai oleh konsumen di Malaysia. Kopi liberika asal Indonesia sebagian besar diekspor ke Malaysia, sisanya diperdagangkan secara lokal.

Sumber :
- uses.plantnet-project.org/en/Coffea_liberica_(PROSEA)
- id.wikipedia.org/wiki/Kopi_Liberika

No comments:

Post a Comment