Tuesday 16 January 2018

Aia Kawa - Minuman Tradisional Minangkabau bagi Pecinta Kopi


Pecinta kopi
Aia Kawa
Bagi para Pecinta Kopi yang kebetulan mengunjungi daerah Sumatera barat, ada satu lagi minuman khas dari daerah tersebut, yaitu Aia Kawa yang merupakan minuman favorit masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat, yang bahannya terbuat dari daun kopi yang telah dikeringkan terlebih dahulu. Proses pembuatan minuman ini mirip dengan pembuatan minuman teh. Kawa sendiri berasal
dari bahasa Arab, qahwah yang berarti kopi, karena penyebutan qahwah lebih ribet, maka disederhanakan dengan kata kawa, dan dengan bahan dasarnya dari daun, makan disebutlah dengan sebutan Kawa Daun. Jadi aia kawa daun berarti air kopi daun atau air daun kopi.

Uniknya lagi, dalam menikmati minuman ini kita tidak menggunakan gelas atau cangkir, tapi menggunakan batok/ tempurung kelapa yang diberi tatakan bambu. Saat Aia Kawa diminum dengan pelan, rongga dada akan terasa hangat, dan akan terasa lebih nikmat lagi jika saat meminumnya ditemani dengan sepotong kue bika, sejenis kue basah yang terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan kelapa muda, dan gula pasir.

Dalam proses pembuatannya, cara yang umum dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan mengeringkan daun-daun yang telah dipilih terlebih dahulu untuk kemudian disangrai atau diasapi terlebih dahulu selama 12 jam. Kemudian daun-daun yang telah melewati proses pengeringan tersebut diremas-remas hingga menjadi potongan kecil-kecil seperti daun teh yang kemudian dicampur dengan air yang selanjutnya direbus dalam sebuah wadah biasanya menggunakan tembikar atau panci, dan proses pembuatannya mirip sekali dengan pembuatan teh. Setelah selesai direbus, kawa daun dihidangkan kedalam batok atau tempurung kelapa untuk dinikmati dalam keadaan hangat-hangat. Sebagai tambahan untuk pemanis, bisa ditambahkan gula pasir atau gula merah (gula aren) pada minuman ini.

Mengkonsumsi aia kawa sebenarnya merupakan kebudayaan lama masyarakat dalam hal berkebun dan seiring dengan kebudayaan orang meminum teh, jadi sebelum kedatangan Belanda ke Tanah Minag, kebudayaan meminum daun kopi sudah ada, justru kehadiran Belanda memperkenalkan kepada masyarakat bahwa mengkonsumsi kopi adalah dengan memanfaatkan bijinya bukan daunnya. ada kekeliruan publik yang mengaitkannya daun kawa/Aia kawa dengan adanya tanam paksa dalam kekuasaan kolonial Belanda. Penduduk di Sumatera Barat dilarang menikmati biji kopi untuk diri sendiri meskipun dipaksa untuk menanamnya demi kepentingan perdagangan. Peraturan ini diakali dengan menggunakan dedaunan kopi yang dipercaya masih mengandung kafeina (id.wikipedia.org/wiki/Aia_kawa).
Pecinta kopi
Aia Kawa
Disetiap daerah di Sumatera Barat banyak terdapat warung-warung khusus yang menyediakan aia kawa daun untuk menikmati hangatnya kawa daun kebanyakan terdapat dipinggiran atau luar kota atau dijalan keluar atau masuk kota.
Warung-warung tempat minum kawa daun tersebut pada umumnya bernuansa tradisional seperti pondok atau dangau-dangau (pondok di pematang sawah) dan biasanya kita bisa menikmati kawa daun sambil menikmati pemandangan alam lepas, seperti di daerah yang berdekatan dengan persawahan dan alam perbukitan.

(Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Aia_kawa dan berbagai sumber)

No comments:

Post a Comment